Tahun 2021 merupakan salah satu tahun yang paling berharga bagiku. Di tahun ini, aku akhirnya melepas masa lajang dan mencoba ke tahap hidup yang baru. Di postingan kali ini, aku mau sharing tentang acara pernikahanku yang menggunakan adat Melayu Pontianak. Sebagai gadis keturunan melayu Pontianak, tentu menjadi kebanggaan tersendiri untuk menikah menggunakan adat istiadat yang telah dilakukan secara turun temurun. Jadi, apa aja sih yang bikin aku bangga nikah pake adat Melayu Pontianak?
Jamang Melayu Pontianak
![]() |
Jamang melayu yang aku pakai beserta aksesorisnya |
Hal pertama yang bikin aku bangga adalah mengenakan mahkota. Mahkota
untuk pengantian perempuan dari masing-masing daerah di Indonesia memiliki keunikan
tersendiri baik bentuk, warna bahkan namanya. Kalo di adat minang ada suntiang,
adat sunda ada siger, adat jawa ada paes, kalo melayu Kalimantan Barat ada Jamang.
Jamang yang saya pakai ini merupakan jamang Melayu Pontianak. Kalo di daerah
lain bisa berbeda bentuk jamangnya meskipun sama-sama Melayu di Kalimantan
Barat. Selain Jamang, dilengkapi pula aksesoris lainnya seperti teratai (melapisi
bagian pundak hingga dada), kalung (ngga tau namanya apa), dan juga gelang di
lengan (ini juga ngga tau namanya) yang berbentuk seperti burung merak. Pake
ginian udah berasa jadi putri raja jaman dulu ya. Hehe.
Baju Teluk Belanga
Lain halnya dengan pakaian pengantin wanita, kalo pengantin pria menggunakan baju Teluk Belanga yang bentuknya mirip dengan baju khas Malaysia serta daerah Melayu lainnya di Indonesia seperti Riau. Bedanya kalo di Pontianak, pengantin pria menggunakan tanjak (penutup kepala).
Arak-arakan
Pada saat pengantin pria menuju tempat akad nikah dilakukan, mempelai pria akan diarak bersama keluarga besarnya dengan diiringi musik tanjidor ataupun tar. Arak-arakan ini mungkin mirip dengan arak-arakan pengantin di daerah lain seperti Betawi. Bedanya, kalo arak-arakan ala pengantin Melayu Pontianak membawa pohon manggar dan pokok telok. Pohon manggar merupakan tongkat yang bagian atasnya terdapat buah nanas yang ditusuk dengan lidi-lidi warna-warni (lidi tersebut telah dibungkus dengan kertas warna warni) seperti kepala ondel-ondel kalo di Jakarta. Sedangkan pokok telok merupakan bunga buatan dan terdapat telur rebus yang digantung di tangkainya. Selain itu, agar pengantin tidak panas maka ada keluarga yang membawa payung kuning di belakang pengantin. Jaman dahulu, payung kuning ini digunakan oleh raja-raja di kesultanan Melayu.
Pokok Telok dan Kapur Sirih
![]() |
Pokok telok (sisi kanan dan kiri) dan Kapur Sirih (kotak tengah) |
Pokok telok dan kapur sirih dibawa oleh rombongan pengantin pria.
Pokok telok diberikan untuk para sesepuh yang memberikan cucur mawar kepada
para pengantin. Sedangkan kapur sirih diberikan kepada para tamu undangan. Kalo
jaman sekarang sih kapur sirih lebih kepada cinderamata karena sudah jarang
yang makan sirih.
Cucur Mawar dan Nasi Adab
![]() |
Perlengkapan cucur mawar (sisi kiri) dan perlangkapan nasi adab (sisi kanan – 4 mangkuk putih) |
Cucur mawar merupakan bagian dari acara pernikahan khas Melayu Pontianak,
di mana para sesepuh menuangkan air mawar ke tangan mempelai sambil berdoa untuk
kebaikan pengantin. Sedangkan nasi adab merupakan adat khas Melayu Ngabang
(masih di Kalimantan Barat) di mana para sesepuh menyuapi makanan kepada mempelai
setelah cucur mawar dilakukan. Kebetulan nenek dari sebelah ibukku berasal dari
daerah Ngabang, jadi banyak tante-tante yang paham adat ini. Kalo yang muda-muda
udah ngga ngerti adat-adat ini.
Nah itu beberapa hal unik yang bikin aku bangga di acara
pernikahanku. Kebetulan suamiku dan keluarganya berasal dari Jawa Timur, jadi aku
senang banget bisa ngenalin sekaligus melestarikan budaya para leluhurku.
Sekian cerita dariku, semoga bermanfaat ya yorobeun!
Photo by : @yspwfilms dan koleksi pribadi
0 comments